Kamis, 19 September 2013

PART II ^^

             “ Dabroye utra5…. Grace, ini sudah pagi apa kamu mau menghilangkan kesempatan emas melihat salju dipagi hari? Kamu pasti akan menyesal” Avienda membuka jendela kamarku yang berada tepat berhadapan dengan kasurku, kelembutan salju pagi mampu aku rasakan dari celah – celah jendela pagi ini, ini terasa sederhana namun sangat langka.

            Kehangatan dalam ruangan ini membuatku rindu akan suatu memori lama yang mulai mengelupas, merasa jijik dibuatnya kenangan itu terlalu menyakitkan, namun harus diakui aku tetap terjatuh pada lubang yang sama.
            “Pergilah Avienda dari kamarku, aku akan bersiap - siap lalu kita pergi melihat salju dipagi ini.” Aku merasa risih ketika Avienda masuk dalam ruangan pribadiku, meski ini adalah rumahnya apa salahnya jika saling menjaga privasi seseorang. Tapinya, toh meskipun aku memberi tahunya ia tidak akan pernah mengerti entah apa yang bersarang pada otaknya kini, mungkin sejenis sarang laba-laba, atau mungkin sejenis sarang yang lainnya.
            Aku mulai beranjak dari tempat ternyamanku, kali ini bukan jendela yang biasanya aku tuju saat musim dingin seperti ini, tapi kalender yang bertengger didekat meja rias.
            “ Besok tepat 15 Desember 2013.” Entah bisikan apa  yang membuatku terus bergumam mengenai tanggal itu secara berulang- ulang, hari ini aku harus pergi menepati janji tak tertulis, perasaan apa ini? Perasaan yang penuh dengan harapan yang tak pernah tersampaikan, bagai mentari yang tak pernah bertemu dengan waktunya.
            “ Grace !!! apa kamu udah siap? Ayo, cepatlah sedikit aku akan mengajakmu ke lapangan merah, kamu belum  pernah kesana saat musim dingin seperti ini kan? Kau bukan siput kan? Jangan pura – pura tak mendengarku, aku tau kamu mendengarkanku dengan jelas Grace.” Avienda selalu melakukan hal – hal yang diluar kepalaku, seseorang yang memiliki kehidupan normal.
            “Da, da6 beri aku waktu lima menit” dalam sekejap aku mencuci mukaku, menyikat gigi, dan memakai palto yang cukup tebal. Disaat musim dingin seperti ini aku terbiasa mandi tiga kali sehari itupun jika suhu tubuhku tetap normal. Musim dingin tak membuat siapapun terlihat kusam bahkan saat aku pernah tak mandi selama satu minggu tak ada yang menyadarinya.
            Aku keluar dengan pakaian yang sudah sangat rapat dalam tubuhku, aku dan Avienda mulai menyusuri komplek, menaiki bis kota dan terakhir aku menaiki kereta bawah tanah, tempat ini nyaman berbagai tulisan cyrilic bertengger indah disana. Seandainya negaraku menjunjung tinggi sejarahnya seperti negara ini.

Ket : Dabroye utra : Selamat pagi
        Da, da : Ya, ya

J J J J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar