PART IV ^^
Bandara
Moskwa memang tak pernah sepi pengunjung, banyak wisatawan yang ingin berhijrah
dan mengenal sejarah kota ini.
Selama perjalanan yang cukup
menghabiskan waktu lebih dari sepuluh jam membuatku lelah, tapi aku kira waktu
tak membuatku lelah akan sebuah penantian.
Hari ini adalah tepat 15 Desember
2013 pagi. Aku harus cepat menuju bandung kota yang aku tuju saat ini. Jika aku
bertemu dengannya maka ini berakhir. Aku hanya menunggu kepastian yang belum
menemukan ujung dari kisah penantianku sendiri.
Aku tiba di bandung tepat pukul
14.00. aku masih mempunyai waktu dua jam untuk memulihkan otot – ototku yang
sedari tadi tertarik serta memulihkan otak ku yang mulai tak tak karuan saat
akan bertemu dengannya, mungkin aku bisa
tidur sebentar sebelum aku mendapatkan hasil yang nihil kembali sama seperti
tiga tahun lalu. Terkadang aku berfikir kekuatan apa yang membuatku terus
bertahan hingga saat ini.
Astaga aku telat setengah jam apa dia menungguku? Apa dia tetap berduduk
santai dengan segelas kopi yang biasa iya pesan lima tahun lalu, apa dia menungguku..
Lima belas menit waktu yang aku
butuhkan untuk sampai menuju café yang biasa aku datangi saat pulang ke
Bandung. Melihat sekeliling café hampir tak ada yang kucari, hampir dan dia! Dia ada disana
tepat berada ditempat yang telah menjadi kenangan saat lima tahun yang lalu.
Dia tampak berbeda lebih gagah
berwibawa, apa mungkin itu bukan dia aku harus memastikannya. Langkah kakiku
dibuat sepelan mungkin membiarkan irama angin ikut serta dalam kebahagiaan yang
sedang aku rasa saat ini.
“ Carlen, itu kamu? “ Sontak aku
terperanjat saat yang aku lihat adalah Carlen Hafidz laki – laki yang selalu aku
nanti selama empat tahun ini apa yang sebenarnya ia inginkan?. Terlalu menyedihkan
“
Kamu fikir enak apa!! Nunggu kamu setiap tanggal 15 desember disini? Apa maksud
kamu tanggal yang sama? Keadaan yang sama! Bulshit
“. Kenapa?! Kenapa aku malah membuatrnya terkejut dengan amarahku? Aku tak
bisa membohongi hati dan perasaan ku sendiri aku seolah terus dipermainkan
olehnya dan perasaan ini.
“ Aku tahu kamu akan marah besar
saat hari ini, tiga tahun yang lalu aku bukan apa – apa Grace, aku tak
sebanding denganmu tapi kali ini aku memastikan aku akan sebanding dengan
dirimu” wajahnya tetap tenang tidak terlihat sedikitpun marah karena sudah aku
marahi.
“Tak sebanding katamu!? Apa kamu tak
pernah berfikir aku berjuang mati – matian hanya untuk menggapai cita – cita ku
karena, aku ingin sebanding denganmu” Kalimat terakhir aku buat nadanya rendah bahkan hampir seakan
berbisik.
“ Kita ulang semuanya dari awal,
dimana perjanjian itu kita anggap adalah kemarin, kamu tak ingin duduk merebah
tubuhmu? Aku tahu kamu baru sampai di Indonesia, dan apakah kamu tak malu
berdiri dan menjadi tontonan seluruh orang di café ini?” Aku terkejut, tak ada
sepatah katapun yang aku bantah darinya.
Kini aku berhadapan langsung
dengannya laki – laki yang selalu aku tunggu kehadiradirannya, tapi terasa aneh dari
sorot matanya seakan menutupi rahasia, rahasia yang terkunci meski memaksanya malah akan menyiksa diri.
“ Boleh aku bertanya? “ aku sedikit
ragu dengan pertanyaan yang akan aku tanyaka, tapi aku tidak mau terlihat
seakan membunuh perasaan yang membingungkan dalam fikiranku, mereka meminta
jawaban yang pasti, mereka tak perlu basa – basi yang menghabiskan waktu dengan
secara percuma.
“ kamu mau tanya apa? Grace” Grace?
Grace? Sejak kapan dia memanggilku dengan kata Grace serta intonasi nada yang
aneh, bukan! Dia bukan Carlen, siapa dia! Sosok apa yang sedang dihadapinya
kini? Dia bukanlah CARLEN! Siapa dia? Kenapa ia menggunakan tubuh CARLEN!
“ Siapa kamu? Kenapa kamu bisa
memiliki tubuh Carlen? Dimana Carlen ? kenapa Carlen bisa mengirim alien
sepertimu?. “ Aku hampir tak menarik nafas dan memberi jeda pada setiap
pertanyaan yang aku beri, aku terlalu penasaran dengan sosok dihadapanku.
Dia hanya tersenyum, dan tak
menjawab, kuulangi dia tak menjawab! Bahkan tak menggubris pertanyaanku. Dengan tenang ia meminum secangkir kopi yang
ia pesan sebelumnya.
“ Kamu! Apa kamu tidak bisa denger?
Atau aku harus berbicara bahasa alien!? Kamu membuatku kepalaku seakan ingin
pecah!!. “Aku berdiri dari tempatku, baru aku akan meninggalkannya dia mulai
berbicara dengan nada yang cukup pelan, namun bisa aku dengar dengan sangat
jelas.
“ Carlen memintaku untuk menemuimu,
dan memberiku hadiah ini untukmu, satu hal lagi aku bukanlah alien yang dikirim
Carlen untukmu, aku adalah Ganjar kembaran Carlen. Ini memang aneh nama ku dengan nama
Carlen jauh berbeda malah tak ada kesamaan dari nama kami.” iya mulai
menerawang pada jalan yang hampir sepi. Entah apa yang iya terawang namun
sepertinya hampa, dan aku tidak bisa menebak apa yang iya rasakan saat itu, aku
terlalu bergelut dengan perasaan ku saat ini. Mungkin ia terlalu sakit.
Aku tak pernah tahu
Carlen mempunyai saudara kembar, dan sangat – sangat kembar tak ada yang
berbeda, sedikitpun. Aku melupakan keadaanku sekarang, aku masih berdiri kaku
tanpa tergeser sedikitpun. Lalu kenapa Carlen mengirim saudaranya kesini? Kenapa
tidak ia kenalkan padaku? Apa Carlen mulai menemukan gadis lain diluar sana?
Sehingga ia meminta saudaranya untuk menemuiku sekedar untuk menepati
janjinya?.
“ Carlen mendonorkan matanya
untukku. Dua tahun lalu aku mengalami kecelakaan yang hebat, sehingga mataku
menjadi korban. Tak ada satupun yang tahu bahwa Carlen akan mendonorkan matanya
untukku. Aku mengetahuinya sebulan setelah aku melakukan operasi mata, semenjak
itu aku tak pernah bertemu dengan Carlen, sampai akhirnya aku memaksa dokter
yang menanganiku untuk menjawab siapa pendonor mata untukku, aku mengancamnya
jika dokter itu tak mau bicara sedikitpun padaku. Akhirnya iya mentidaku Carlen
lah yang mendonorkan matanya untukku. Kamu tahu reaksiku? Aku seakan ingin mati
saat itu juga” Kali ini iya berkata dengan tatapan kosong, entah apa namun itu
membuatnya menangis satu tetes, ya hanya satu tetes.
“ Tapi aku tidak menyesal, karena aku
bisa memenuhi janjinya sebelum iya pergi, menemuimu. Terakhir kali aku
mendengar suara Carlen sebelum ia mendonorkan matanya, ia bercerita semua
mengenai mu, tentang janjinya yang akan menemuimu ditempat yang sama dan
keadaan yang sama. Yang aku tahu Carlen mencintaimu, sangat mencintaimu.” Ia
memberiku senyum sama dengan Carlen sangat sama tanpa ada perbedaan. Yang
berbeda saat ini adalah hatiku
Karena aku juga mencintaimu Carlen
“ Lalu kemana Carlen saat tahun
pertama kami mulai berpisah? Tahun kedua? Tahun ketiga? Keempat?.” Rasanya
ingin menangis saat aku mengatakan tahun ketiga, dan keempat, rasanya seperti
tertembak oleh seribu peluru yang bersarang dijantungku. Kini kamu telah tiada Carlen.
“
Carlen tak pernah ingkar janji, hanya saat tahun pertama dan kedua ia mengalami
drop pada tubuhnya, ia harus banyak istirahat. Ia sering memanggil nama kamu
saat iya mengalami koma, itu yang membuatnya tak pernah merasa sebanding dengan
dirimu. Dia lemah. marah pada dirinya sendiri karena tidak bisa menemui mu saat
15 desember.” Kini aku yang menewarang melihat jalan yang sepi. Aku tak
bersungguh melihat jalan. Aku melihat bayangan Carlen yang selalu membuatku
nyaman didekatnya.
“Biarkan aku bisa menggantikan
Carlen diposisi ini? Aku ingin membalas kebaikannya.”
“Tapi aku bukan sebuah permainan! Aku
mencintai, aku mencintai Carlen. Balas kebaikannya dengan sewajarnya. Jangan ke
aku!” aku benci kata – katanya, dia fikir siapa dia! Aku tak mungkin membiarkan
Carlen terganti oleh siapapun.
Tapi
siapa yang mengetahui mengenai waktu? Selain Tuhan?Dia-Lah yang mengetahui
segalanya, termasuk dengan perasaan ini
J
J
J
J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar