Kamis, 19 September 2013

PART IV ^^

Bandara Moskwa memang tak pernah sepi pengunjung, banyak wisatawan yang ingin berhijrah dan mengenal sejarah kota ini.
            Selama perjalanan yang cukup menghabiskan waktu lebih dari sepuluh jam membuatku lelah, tapi aku kira waktu tak membuatku lelah akan sebuah penantian.
            Hari ini adalah tepat 15 Desember 2013 pagi. Aku harus cepat menuju bandung kota yang aku tuju saat ini. Jika aku bertemu dengannya maka ini berakhir. Aku hanya menunggu kepastian yang belum menemukan ujung dari kisah penantianku sendiri.

            Aku tiba di bandung tepat pukul 14.00. aku masih mempunyai waktu dua jam untuk memulihkan otot – ototku yang sedari tadi tertarik serta memulihkan otak ku yang mulai tak tak karuan saat akan bertemu dengannya,  mungkin aku bisa tidur sebentar sebelum aku mendapatkan hasil yang nihil kembali sama seperti tiga tahun lalu. Terkadang aku berfikir kekuatan apa yang membuatku terus bertahan  hingga saat ini.
            Astaga aku telat setengah jam apa dia menungguku? Apa dia tetap berduduk santai dengan segelas kopi yang biasa iya pesan lima tahun lalu, apa dia menungguku..
            Lima belas menit waktu yang aku butuhkan untuk sampai menuju café yang biasa aku datangi saat pulang ke Bandung. Melihat sekeliling café hampir tak ada  yang kucari, hampir dan dia! Dia ada disana tepat berada ditempat yang telah menjadi kenangan saat lima tahun yang lalu.
            Dia tampak berbeda lebih gagah berwibawa, apa mungkin itu bukan dia aku harus memastikannya. Langkah kakiku dibuat sepelan mungkin membiarkan irama angin ikut serta dalam kebahagiaan yang sedang aku rasa saat ini.
            “ Carlen, itu kamu? “ Sontak aku terperanjat saat yang aku lihat adalah Carlen Hafidz laki – laki yang selalu aku nanti selama empat tahun ini apa yang sebenarnya ia inginkan?. Terlalu menyedihkan
            “ Kamu fikir enak apa!! Nunggu kamu setiap tanggal 15 desember disini? Apa maksud kamu tanggal yang sama? Keadaan yang sama! Bulshit “. Kenapa?! Kenapa aku malah membuatrnya terkejut dengan amarahku? Aku tak bisa membohongi hati dan perasaan ku sendiri aku seolah terus dipermainkan olehnya dan perasaan ini.
            “ Aku tahu kamu akan marah besar saat hari ini, tiga tahun yang lalu aku bukan apa – apa Grace, aku tak sebanding denganmu tapi kali ini aku memastikan aku akan sebanding dengan dirimu” wajahnya tetap tenang tidak terlihat sedikitpun marah karena sudah aku marahi.
            “Tak sebanding katamu!? Apa kamu tak pernah berfikir aku berjuang mati – matian hanya untuk menggapai cita – cita ku karena, aku ingin sebanding denganmu” Kalimat terakhir aku  buat nadanya rendah bahkan hampir seakan berbisik.
            “ Kita ulang semuanya dari awal, dimana perjanjian itu kita anggap adalah kemarin, kamu tak ingin duduk merebah tubuhmu? Aku tahu kamu baru sampai di Indonesia, dan apakah kamu tak malu berdiri dan menjadi tontonan seluruh orang di café ini?” Aku terkejut, tak ada sepatah katapun yang aku bantah darinya.
            Kini aku berhadapan langsung dengannya laki – laki yang selalu aku  tunggu kehadiradirannya, tapi terasa aneh dari sorot matanya seakan menutupi rahasia, rahasia yang terkunci meski memaksanya malah akan menyiksa diri.
            “ Boleh aku bertanya? “ aku sedikit ragu dengan pertanyaan yang akan aku tanyaka, tapi aku tidak mau terlihat seakan membunuh perasaan yang membingungkan dalam fikiranku, mereka meminta jawaban yang pasti, mereka tak perlu basa – basi yang menghabiskan waktu dengan secara percuma.
            “ kamu mau tanya apa? Grace” Grace? Grace? Sejak kapan dia memanggilku dengan kata Grace serta intonasi nada yang aneh, bukan! Dia bukan Carlen, siapa dia! Sosok apa yang sedang dihadapinya kini? Dia bukanlah CARLEN! Siapa dia? Kenapa ia menggunakan tubuh CARLEN!
            “ Siapa kamu? Kenapa kamu bisa memiliki tubuh Carlen? Dimana Carlen ? kenapa Carlen bisa mengirim alien sepertimu?. “ Aku hampir tak menarik nafas dan memberi jeda pada setiap pertanyaan yang aku beri, aku terlalu penasaran dengan sosok dihadapanku.
            Dia hanya tersenyum, dan tak menjawab, kuulangi dia tak menjawab! Bahkan tak menggubris pertanyaanku. Dengan tenang ia meminum secangkir kopi yang ia pesan sebelumnya.
            “ Kamu! Apa kamu tidak bisa denger? Atau aku harus berbicara bahasa alien!? Kamu membuatku kepalaku seakan ingin pecah!!. “Aku berdiri dari tempatku, baru aku akan meninggalkannya dia mulai berbicara dengan nada yang cukup pelan, namun bisa aku dengar dengan sangat jelas.
            “ Carlen memintaku untuk menemuimu, dan memberiku hadiah ini untukmu, satu hal lagi aku bukanlah alien yang dikirim Carlen untukmu, aku adalah Ganjar kembaran Carlen. Ini memang aneh nama ku dengan nama Carlen jauh berbeda malah tak ada kesamaan dari nama kami.” iya mulai menerawang pada jalan yang hampir sepi. Entah apa yang iya terawang namun sepertinya hampa, dan aku tidak bisa menebak apa yang iya rasakan saat itu, aku terlalu bergelut dengan perasaan ku saat ini. Mungkin ia terlalu sakit.
            Aku tak pernah tahu Carlen mempunyai saudara kembar, dan sangat – sangat kembar tak ada yang berbeda, sedikitpun. Aku melupakan keadaanku sekarang, aku masih berdiri kaku tanpa tergeser sedikitpun. Lalu kenapa Carlen mengirim saudaranya kesini? Kenapa tidak ia kenalkan padaku? Apa Carlen mulai menemukan gadis lain diluar sana? Sehingga ia meminta saudaranya untuk menemuiku sekedar untuk menepati janjinya?.
            “ Carlen mendonorkan matanya untukku. Dua tahun lalu aku mengalami kecelakaan yang hebat, sehingga mataku menjadi korban. Tak ada satupun yang tahu bahwa Carlen akan mendonorkan matanya untukku. Aku mengetahuinya sebulan setelah aku melakukan operasi mata, semenjak itu aku tak pernah bertemu dengan Carlen, sampai akhirnya aku memaksa dokter yang menanganiku untuk menjawab siapa pendonor mata untukku, aku mengancamnya jika dokter itu tak mau bicara sedikitpun padaku. Akhirnya iya mentidaku Carlen lah yang mendonorkan matanya untukku. Kamu tahu reaksiku? Aku seakan ingin mati saat itu juga” Kali ini iya berkata dengan tatapan kosong, entah apa namun itu membuatnya menangis satu tetes, ya hanya satu tetes.
            “ Tapi aku tidak menyesal, karena aku bisa memenuhi janjinya sebelum iya pergi, menemuimu. Terakhir kali aku mendengar suara Carlen sebelum ia mendonorkan matanya, ia bercerita semua mengenai mu, tentang janjinya yang akan menemuimu ditempat yang sama dan keadaan yang sama. Yang aku tahu Carlen mencintaimu, sangat mencintaimu.” Ia memberiku senyum sama dengan Carlen sangat sama tanpa ada perbedaan. Yang berbeda saat ini adalah hatiku
Karena aku juga mencintaimu Carlen
            “ Lalu kemana Carlen saat tahun pertama kami mulai berpisah? Tahun kedua? Tahun ketiga? Keempat?.” Rasanya ingin menangis saat aku mengatakan tahun ketiga, dan keempat, rasanya seperti tertembak oleh seribu peluru yang bersarang dijantungku. Kini kamu telah tiada Carlen.
            “ Carlen tak pernah ingkar janji, hanya saat tahun pertama dan kedua ia mengalami drop pada tubuhnya, ia harus banyak istirahat. Ia sering memanggil nama kamu saat iya mengalami koma, itu yang membuatnya tak pernah merasa sebanding dengan dirimu. Dia lemah. marah pada dirinya sendiri karena tidak bisa menemui mu saat 15 desember.” Kini aku yang menewarang melihat jalan yang sepi. Aku tak bersungguh melihat jalan. Aku melihat bayangan Carlen yang selalu membuatku nyaman didekatnya.
            “Biarkan aku bisa menggantikan Carlen diposisi ini? Aku ingin membalas kebaikannya.”
            “Tapi aku bukan sebuah permainan! Aku mencintai, aku mencintai Carlen. Balas kebaikannya dengan sewajarnya. Jangan ke aku!” aku benci kata – katanya, dia fikir siapa dia! Aku tak mungkin membiarkan Carlen terganti oleh siapapun.
 Tapi siapa yang mengetahui mengenai waktu? Selain Tuhan?Dia-Lah yang mengetahui segalanya, termasuk dengan perasaan ini
J J J J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar